SUKSES
TERBESAR DALAM HIDUPKU
Nama
saya Ni Ketut Artanti Agustini. Walaupun nama saya identik dengan Bali, namun
saya dilahirkan oleh keluarga yang sempurna di kota yang sangat jauh dari Bali.
LARANTUKA (FLORES TIMUR) kota kelahiranku.
Berbicara
tentang sukses, sampai dengan saat ini saya belum mencapai suatu kesuksesan
yang terbesar dalam hidup saya. Mengapa demikian? Karena Selama ini kebanyakan orang termasuk saya, berpikir
bahwa sukses itu adalah ketika kita mencapai suatu keinginan besar ataupun cita-cita
yang tinggi. Contohnya keinginan besar saya adalah memiliki pekerjaan yang mapan
lalu dengan hasil dari pekerjaan itu saya dapat membahagiakan kedua orangtua
saya. Namun sayang, sampai dengan saat ini keinginan saya itu belum tercapai.
Cara paling sederhana untuk memahami kesuksesan yaitu dengan contoh
sederhana seperti, dapat berbicara, dapat
berjalan, dapat berlari, membaca, bahkan
bisa menamatkan taman kanak-kanak hingga masuk ke
perguruan tinggi. Apakah hal tersebut merupakan kesuksesan? Iya, tentu saja hal
tersebut merupakan bentuk kesuksesan. Namun, apakah contoh di atas merupakan
sukses terbesar di hidup anda? Mungkin lebih tepat lagi, tanyakan pada diri
anda, apa sukses terbesarku?
Cerita ini dimulai ketika saya berumur 16 tahun (kelas 2 SMA),
kira-kira 2 tahun yang lalu. Saya tepilih mewakili kota kelahiranku, untuk
menjadi salah satu calon PASUKAN PENGIBAR BENDERA PUSAKA tingkat provinsi.
Setelah berangkat ke provinsi dan mulai menjalani beberapa kegiatan di sana,
seperti perkenalan, pemeriksaan kesehatan, dan kegiatan lainnya, kami diseleksi
lagi. Dalam seleksi ini, beberapa dari kami dinyatakan tidak bisa lanjut ke
tahap berikutnya (termasuk saya).
Dari cerita singkat di atas mungkin
menurut kalian tidak ada suatu kesuksesan, melainkan suatu kegagalan. Namun dalam
pengalaman saya ini, saya merasakan bahwa hal inilah yang menjadi suatu
kesuksesan terbesar dalam hidup saya walaupun telah mengecewakan kota
kelahiranku.
Setelah menerima kabar bahwa saya telah gugur, saya dan teman-teman
yang juga gugur dipanggil menghadap ke salah satu pengurus PASUKAN PENGIBAR
BENDERA PUSAKA. Mereka memberitahukan alasan kenapa kami gugur. Setelah
diberitahu, ternyata alasan mengapa saya bisa gugur adalah identitas saya yaitu
pernah menjadi salah satu PASUKAN PENGIBAR BENDERA PUSAKA tingkat kabupaten.
Ketika mengetahui alasannya, saya kembali teringat mengapa semua ini
terjadi. Dan ternyata saya sadar kejadian ini merupakan salah satu wujud dari
doa saya. Karena pada saat yang sama ketika saya terpilih menjadi calon PASUKAN
PENGIBAR BENDERA PUSAKA, keluarga saya berencana pergi ke Bali karena ada hal
penting yang harus kami sekeluarrga hadiri. Saya sangat ingin sekali hal ini
terjadi karena kami sekeluarga belum pernah melakukan perjalanan bersama.
Karena hal inilah yang membuat saya terus berdoa. Dan akhirnya terkabul.
Saat mendengar bahwa saya gugur, perasaan menyesal yang mendalam dan
pasrah pun tercampur. Menyesal karena tidak membawa nama kabupaten dengan baik,
sudah diberi kepercayaan namun gagal melaksanakannya, dan pasrah menerima apa
yang sudah terjadi, karena ini juga merupakan doa saya. Namun dibalik semua ini
ada suatu kesuksesan besar yang saya rasakan yakni saya bisa memberikan hasil
(uang) kepada kedua orangtua saya selama mengikuti pelatihan calon PASUKAN
PENGIBAR BENDERA PUSAKA.
Dari cerita ini mungkin terdengar seperti sebuah kekonyolan, hanya
untuk kebersamaan dalam sebuah keluarga saya rela melakukan semua ini. Namun dari
pengalaman ini saya menemukan dan memahami apa itu kesuksesan terbesar. Walaupun
saat ini belum mendapatkan pekerjaan yang mapan, setidaknya saya pernah
(walaupun sedikit) memberi sesuatu yang layak kepada kedua orangtua saya.
1.
Tugas Perkembangan Masa Anak
Tugas perkembangan masa anak menurut :
Ø Munandar
(1985) adalah belajar berjalan, belajar mengambil makanan yang padat, belajar
berbicara, toilet training, belajar membedakan jenis kelamin dan dapat kerja
kooperatif, belajar mencapai stabilitas fisiologis, pembentukan konsep-konsep
yang sederhana mengenai kenyataan sosial dan fisik, belajar untuk mengembangkan
diri sendiri secara emosional dengan orang tua, sanak saudara dan orang lain
serta belajar membedakan baik dan buruk.
Ø Havighurst
(dalam Hurlock, 1980) tugas perkembangan pada masa anak-anak adalah sebagai
berikut :
·
Mempelajari ketrampilan fisik yang diperlukan untuk
permainan-permainan yang umum.
·
Membangun sikap yang sehat mengenai diri sendiri
sebagai mahluk yang sedang tumbuh.
·
Belajar
menyesuaikan diri dengan teman-teman seusianya
·
Mulai
mengembangkan peran sosial pria atau wanita yang tepat
·
Mengembangkan
ketrampilan-ketrampilan dasar untuk membaca, menulis dan berhitung
·
Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan
untuk kehidupan sehari-hari
·
Mengembangkan hati nurani, pengertian moral, dan tata
dan tingkatan nilai
·
Mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok sosial
dan lembaga-lembaga
·
Mencapai
kebebasan pribadi.
2. Tugas
Perkembangan Masa Remaja
Seorang remaja dalam mencapai tugas-tugas perkembangannya dapat dipisahkan
ke dalam tiga tahap secara berurutan (Kimmel, 1995: 16):
Tahap yang pertama adalah remaja awal, di mana tugas-tugas perkembangan
yang harus diselesaikannya sebagai remaja adalah pada penerimaan terhadap
keadaan fisik dirinya dan menggunakan tubuhnya secara lebih efektif. Hal ini
karena remaja pada usia tersebut mengalami perubahan-perubahan fisik yang
sangat drastis, seperti pertumbuhan tubuh yang meliputi tinggi badan, berat
badan, panjang organ-organ tubuh, dan perubahan bentuk fisik seperti tumbuhnya
rambut, payudara, panggul, dan sebagainya.
Tahapan yang kedua adalah remaja madya, di mana tugas perkembangan yang
utama adalah mencapai kemandirian dan otonomi dari orang tua, terlibat dalam
perluasan hubungan dengan kelompok baya dan mencapai kapasitas keintiman
hubungan pertemanan; dan belajar menangani hubungan heteroseksual, pacaran dan
masalah seksualitas.
Tahapan yang ketiga adalah remaja akhir, di mana tugas perkembangan utama
bagi individu adalah mencapai kemandirian seperti yang dicapai pada remaja
madya, namun berfokus pada persiapan diri untuk benar-benar terlepas dari orang
tua, membentuk pribadi yang bertanggung jawab, mempersiapkan karir ekonomi, dan
membentuk ideologi pribadi yang di dalamnya juga meliputi penerimaan terhadap
nilai dan sistem etik.
Demikianlah, penjelasan mengenai tugas-tugas perkembangan remaja sebagai
satu bagian dalam memahami remaja sebagai suatu masa transisi. Diharapkan, pada
saat ini kita telah sampai pada pemahaman bahwa sesungguhnya masa remaja adalah
masa transisi yang menjembatani masa kanak-kanak yang tidak matang ke masa
dewasa yang matang. Macam transisi yang berbeda akan membawa pengaruh yang
berbeda pula bagi individu yang mengalaminya. Demikian pula dengan bagaimana
cara kita melihat transisi tersebut akan mempengaruhi bagaimana kita dapat
memahami apa yang dialami dan dirasakan oleh remaja. Selanjutnya, kita akan melihat
perubahan dan perkembangan apa yang dialami oleh individu selama masa
remajanya.
Menurut Havighurst, tugas-tugas perkembangan seorang remaja adalah
sebagaipberikut: :
1. Menerima keadaan fisik dirinya sendiri dan menggunakan tubuhnya secara
lebih efektif. Walaupun kedengarannya sederhana dan mudah diucapkan, menerima
keadaan fisik diri sendiri sering kali menjadi masalah yang cukup besar bagi
remaja. Banyak di antara kita yang sulit menerima kenyataan bahwa kita berkulit
gelap atau tidak setinggi dan selangsing teman sebaya. Perasaan tidak puas ini
kemudian membuat kita selalu dilanda perasaan minder, sehingga malas bergaul
apalagi pergi ke pesta. Perasaan ini menutupi kenyataan, misalnya bahwa kita
sebetulnya punya sepasang mata yang indah. Untuk mengatasi hal ini, sebaiknya
fokuskan perhatian ke kelebihan kita dan jadikan itu sebagai daya tarik. Selain
itu, hilangkan dari pikiran apa yang selama ini selalu ditanamkan oleh
lingkungan kita, bahwa cewek harus cantik, putih, tinggi, dan langsing untuk dapat
disebut sebagai cewek sejati, sedangkan cowok harus berbadan kekar, berbulu,
dan bersuara dalam untuk bisa dikatakan jantan. Karena, kalau kita memang
enggak punya gen untuk dapat berpenampilan seperti itu, kita cuma jadi gelisah
dan enggak puas diri selamanya, sehingga lupa bahwa kita punya banyak
potensihdiri.
2. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa
lainnya. Usaha untuk mencapai kemandirian emosional bisa membuat remaja melawan
keinginan atau bertentangan pendapat dengan orangtuanya. Dengan ciri khas
remaja yang penuh gejolak dan emosional, pertentangan pendapat ini sering kali
membuat remaja menjadi pemberontak di rumah. Apabila masalah ini tidak
terselesaikan, terutama apabila orangtua bersikap otoriter, remaja cenderung
untuk mencari jalan keluar di luar rumah, yaitu dengan cara bergabung dengan
teman-teman sebaya yang senasib. Sebetulnya, curhat dengan teman sebaya tidak
ada salahnya, selama teman sebaya itu bisa membantu mendapatkan solusi yang
baik. Namun, sering kali karena yang dihadapi adalah remaja seusia yang punya
masalah yang kurang lebih sama dan sama-sama belum berhasil mengerjakan tugas
perkembangan yang sama, bisa jadi solusi yang ditawarkan kurang bijaksana.
Karena itu, kita perlu selalu ingat bahwa untuk melepaskan diri secara
emosional dari orangtua pun, bisa dilakukan dengan meminta dukungan orangtua
ataupun orang dewasa yang ada di sekitar kita. Tentunya bukan dengan cara
meminta mereka untuk memecahkan masalah kita, tapi lebih kepada memahami keinginan
kita untuk dipahami sebagai individu yang beranjak dewasa dan tidak
inginoterlaluktergantungolagiokepadaomereka.
3. Mencapai suatu hubungan dan pergaulan yang lebih matang antara lawan
jenis yang sebaya. Sehingga, remaja akan mampu bergaul secara baik dengan kedua
jenis kelamin, baik laki-laki maupun perempuan. Kemampuan untuk mencapai tugas
perkembangan ini juga dipengaruhi oleh banyaknya interaksi yang dialami seorang
remaja dengan orang-orang dari kedua jenis kelamin. Tapi, hal ini sama sekali
tidak berarti bahwa kalau kita sekolah di sekolah khusus cowok atau khusus
cewek, kemampuan kita untuk bergaul secara matang dengan jenis kelamin lain
akan terganggu. Karena di sekolah kan juga ada guru, petugas perpustakaan dan
kebersihan dari jenis kelamin lain, dan kita juga berinteraksi dengan mereka.
Selain itu, pergaulan tidak terbatas di sekolah saja. Ketika kita pulang, di
rumah dan di lingkungan sekitar juga terdapat kenalan pria dan wanita. Jadi,
temen-temen di SMU Tarakanita, SMU Pangudi Luhur, ataupun sekolah khusus
lainnya, enggak perlu khawatir. Kemampuan untuk berinteraksi dengan seimbang
itu hanya dapat terganggu apabila kita sendiri yang memang menciptakan batasan
untukobergaul.
4. Dapat menjalankan peran sosial maskulin dan feminin. Peran sosial yang
dimaksud di sini adalah seperti yang diharapkan masyarakat, dan bergeser sesuai
dengan peralihan zaman. Apabila pada zaman dahulu secara sosial dianggap baik
bila laki-laki mencari nafkah di luar rumah sedangkan perempuan mengurus rumah
tangga, dengan timbulnya kesadaran akan kesetaraan jender sekarang ini tidak
harus demikian. Sehingga, yang paling penting untuk dipahami adalah sebagai
anggota dari satu jenis kelamin, kita jangan sampai kemudian merasa berhak
untuk mensubordinasi atau memperlakukan anggota jenis kelamin lain secara buruk
atau semena-mena, baik di publik (masyarakat) maupun domestik (rumahotangga).
5. Berperilaku sosial yang bertanggung jawab. Idealnya, seseorang tentu
diharapkan untuk berpartisipasi demi kebaikan atau perbaikan di lingkungan
sosialnya, namun bila hal itu belum bisa dijalankan, minimal yang harus
dilakukan adalah tidak menjadi beban bagi masyarakat atau lingkungan sosialnya.
Karena itulah, remaja yang terlibat tawuran sampai menghancurkan fasilitas umum
tentu tidak dapat dianggap telah melampaui tugas perkembangan yang satu
iniodenganosukses.
6. Mempersiapkan diri untuk memiliki karier atau pekerjaan yang mempunyai
konsekuensi ekonomi dan finansial. Setelah melepaskan diri dari ketergantungan
emosional dengan orangtua atau orang dewasa lain, tugas yang menanti remaja
adalah juga melepaskan diri dari ketergantungan finansial dari mereka. Karena
itulah, belajar bekerja juga merupakan hal yang perlu dilakukan oleh remaja,
betapapun kecil penghasilan yang diperoleh. Dengan demikian, diharapkan pada
saatnya nanti kita bisa siap terjun dan bekerja di masyarakat.
7. Mempersiapkan perkawinan dan membentuk keluarga. Dengan dilaluinya tugas
perkembangan yang telah disebutkan tadi yaitu yang berkaitan dengan kemampuan
untuk bergaul dengan sesama maupun lawan jenis, diharapkan pergaulan ini akan
dapat membawa ke langkah selanjutnya yaitu untuk memilih pasangan hidup yang
sesuai dan mulai mempersiapkan diri membentuk keluarga.
8. Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk
berperilaku sesuai dengan norma yang ada di masyarakat. Keberhasilan remaja
melaksanakan tugas perkembangan ini ditandai dengan, misalnya, kesuksesannya
meredam serta mengendalikan gejolak emosi maupun seksualnya sehingga dapat
hidup sesuai dengan norma dan etika yang berlaku. Untuk dapat memperoleh konsep
diri yang memegang seperangkat nilai ini, remaja dapat memiliki role model atau
seseorang yang dijadikan tokoh idola yang tingkah lakunya kemudian diteladani.
Masa remaja mempunyai ciri tertentu yang membedakan dengan periode
sebelumnya, Ciri-ciri remaja menurut Hurlock (1992), antara lain :
a. Masa remaja sebagai periode yang penting yaitu perubahan-perubahan yang
dialami masa remaja akan memberikan dampak langsung pada individu yang bersangkutan
dan akan mempengaruhi perkembangan selanjutnya.
b. Masa remaja sebagai periode pelatihan. Disini berarti perkembangan masa
kanak-kanak lagi dan belum dapat dianggap sebagai orang dewasa. Status remaja
tidak jelas, keadaan ini memberi waktu padanya untuk mencoba gaya hidup yang
berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai dan sifat yang paling sesuai dengan
dirinya.
c. Masa remaja sebagai periode perubahan, yaitu perubahan pada emosi
perubahan tubuh, minat dan peran (menjadi dewasa yang mandiri), perubahan pada
nilai-nilai yang dianut, serta keinginan akan kebebasan.
d. Masa remaja sebagai masa mencari identitas diri yang dicari remaja
berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya dan apa peranannya dalam
masyarakat.
e. Masa remaja sebagai masa yang menimbulkan ketakutan. Dikatakan demikian
karena sulit diatur, cenderung berperilaku yang kurang baik. Hal ini yang
membuatobanyakoorangotuaomenjadiotakut.
f. Masa remaja adalah masa yang tidak realistik. Remaja cenderung memandang
kehidupan dari kacamata berwarna merah jambu, melihat dirinya sendiridan orang
lain sebagaimana yang diinginkan dan bukan sebagaimana adanya terlebih
dalamocita-cita.
g. Masa remaja sebagai masa dewasa. Remaja mengalami kebingungan atau
kesulitan didalam usaha meninggalkan kebiasaan pada usia sebelumnya dan didalam
memberikan kesan bahwa mereka hampir atau sudah dewasa, yaitu dengan merokok,
minum-minuman keras, menggunakan obat-obatan dan terlibat dalam perilaku seks.
Mereka menganggap bahwa perilaku ini akan memberikan citrapyangpmerekapinginkan.
Disimpulkan adanya perubahan fisik maupun psikis pada diri remaja,
kecenderungan remaja akan mengalami masalah dalam penyesuaian diri dengan
lingkungan. Hal ini diharapkan agar remaja dapat menjalani tugas perkembangan
dengan baik-baik dan penuh tanggung jawab.
3. Tugas
Perkembangan Masa Dewasa
Tugas perkembangan masa dewasa dibagi menjadi pada tiga tahap, yaitu:
2.6.1Tugaspperkembangan masa dewasa awal
• Memilih pasangan hidup
• Belajar hidup dengan suami atau istri
• Memulai kehidupan berkeluarga
• Membimbing dan merawat anak
• Mengolah rumah tangga
• Memulai suatu jabatan
• Menerima tanggung jawab sebagai warga negara
• Menemukan kelompok sosial yang cocok dan menarik
2.6.2 Tugas Perkembangan masa setengah baya
• Memperoleh tanggung jawab sosial dan warga negara
• Membangun dan memperthankan standar ekonomi
• Membantu anak remaja untuk menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab
dan bahagia
• Membina kegiatan pengisi waktu senggang orang dewasa
• Membina hubungan dengan pasanga hidup sebagai pribadi
• Menerima dan menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan fisik sendiri
• Menyesuaikan diri dengan pertambahan umur
2.6.3 Tugas perkembangan orang tua
• Menyesuaikan diri dengan menurunya kesehatan dan kekuatan fisik
• Menyesuaikan diri terhadap masa pensiun dan menurunya pendapatan
• Menyesuaikan diri yterhadap meninggalnya suami/istri
• Menjalin hubuingan dengan perkumpulan manusia usia lanjut
• Memenuhi kewajiban sosial dan sebagai warga negara
• Membangun kehidupan fisik yang memuaskan
Menurut Havighurst setiap tahap perkembangan individu harus sejalan dengan
perkembangan aspek-aspek lainya, yaitu fisik, psikis serta emosional, moral dan
sosaial.
Adapun tugas perkembangan dewasa lainnya adalah
1. Memilih pasangan.
2. Belajar hidup dengan pasangan.
3. Memulai hidup dengan pasangan.
4. Memelihara anak.
5. Mengelola rumah tangga.
6. Memulai bekerja.
7. Mengambil tanggung jawab sebagai warga negara.
8. Menemukan suatu kelompok yang serasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar